Sabtu, 14 Januari 2012

Masalah sosial di Indonesia berdasarkan pengalaman pribadi


Masalah Kemiskinan di Indonesia
        Negara Indonesia adalah sebagai salah satu negara berkembang yang masih harus menghadapi masalah sosial yang cukup banyak dan butuh penanganan yang cukup berat. Salah satu masalah sosialnya adalah negara Indonesia tak pernah lepas dari masalah kemiskinan. Tentunya masalah ini sudah sangat lama tidak terselesaikan. Berbagai upaya pemerintah telah di lakukan untuk menyelesaikan masalah kemiskinan di Indonesia tetapi tetap saja tidak berhasil. Di dalam kehidupan sehari-hari tentunya kita lihat banyak kemiskinan dimana-mana. Setiap harinya saya melihat banyak kemiskinan di Indonesia seperti, pengamen jalanan, pengemis, pemulung, dan lain sebagainya. Masalah ini dapat terjadi karena tingkat pendidikan di Indonesia masih rendah. Jika kita lihat di kehidupan masyarakat masih banyak anak-anak di Indonesia yang belum mendapatkan pendidikan dengan layak bahkan ada yang tidak bersekolah sama sekali. Dan akibatnya tingkat kebodohan di masyarakat semakin bertambah, dan tingkat pengangguran di Indonesia juga semakin bertambah banyak. Masalah kemiskinan ini juga dapat berdampak ke masalah lain seperti, semakin tingginya tingkat kriminalitas di Indonesia akibat kemiskinan di Indonesia, banyak orang-orang yang tidak memiliki lapangan pekerjaan atau pengangguran demi mempertahankan hidupnya mereka melakukan pekerjaan yang tidak halal. Kondisi ini sungguh memprihatinkan, semoga pemerintah dapat segera menyelesaikan masalah ini karena hal ini sangat merugikan bangsa Indonesia sendiri. 

Jumat, 13 Januari 2012

Masalah sosial di Indonesia berdasarkan pengalaman pribadi

Masalah kereta di Indonesia
Apakah kalian pernah naik kereta di Indonesia?? Jika kita lihat setiap harinya keadaan yang berhubungan dengan kereta di Indonesia cukup memprihatinkan. Mengapa saya mengatakan seperti itu?? Karena saya hampir setiap hari menggunakan jasa angkutan kereta ,dan saya melihat banyak masalah-masalah yang membuat pengguna kereta menjadi kurang nyaman.
Masalah-masalah tersebut diantaranya terkadang sering terjadi keterlambatan kereta. Hal ini tentunya dapat menyebabkan terjadinya penumpukkan penumpang sehingga terjadi desak-desakan di dalam kereta yang membuat kita sangat tidak nyaman yang kemudian dapat terjadinya banyak kejahatan seperti kejahatan seksual, kejahatan kriminal. Lalu, masalah lainnya seperti masih banyak beberapa pengguna jasa kereta yang tidak membeli tiket kereta. Kemudian, masih ada masalah lainnya yang sudah sangat lama sampai saat ini masih belum terselesaikan yaitu, masih banyak penumpang kereta yang naik di atas atap kereta. Hal ini tentunya sangat membahayakan karena resikonya adalah kematian. Segala upaya telah di lakukan untuk menyelesaikan masalah penumpang yang naik di atap kereta di antaranya, pemasangan pagar kawat pada atap stasiun, penyemprotan cat, penampang melintang, dan marawis untuk menyadarkan para penumpang yang naik diatap kereta agar tidak mengulangi lagi. Namun, semua upaya tersebut tidak membuat para penumpang itu berhenti untuk naik diatap kereta. Dan Kita sebagai masyarakat hanya bisa sadar diri dan berharap mudah-mudahan pemerintah dapat menyelesaikan masalah tersebut.    

Minggu, 08 Januari 2012

Kesamaan Derajat di luar Indonesia


            Pada mulanya adalah sebuah perbedaan yang melahirkan sebuah hambatan. Untuk kemudian maju lahirlah sebuah upaya untuk menyamakan persepsi. Lahirlah sebuah komunikasi, sebagai jembatan, menghapus tembok-tembok ( gap ) yang memisahkan satu sama lain.
Tiba-tiba saja, dunia sudah selangkah lebih maju dan menghentak-hentak. Ribuan dinding-dinding seakan menginvasi bumi lagi. Bagaimana setiap orang menciptakan tembok bagi dirinya masing-masing dengan sepermak bedak salon, kaca-kaca mobil mewah, gedung-gedung mall yang sombong. Lagi-lagi tembok sengaja diciptakan, sedangkan mereka berteriak-teriak naikkan gaji pensiunan.
Dimana kampus dan sekolah-sekolah yang dibayar dengan segepok uang tebal, yang digadang-gadang untuk melahirkan generasi pendobrak bangsa dari keterpurukan. Dimana dosen pada mulanya takut pada mahasiswa, tapi mereka bangkit dan mulai bersatu memperkuat benteng, agar tak diberangus lagi oleh mahasiswa seperti masa yang sudah-sudah. Lagi-lagi tembok sengaja diciptakan, sedangkan mereka berteriak-teriak naikkan gaji pensiunan.
Lalu ada resolusi buat-buatan, untuk mempekerjakan masyarakat minor ke luar negeri. Lalu apa bedanya mereka dengan mafia perdagangan wanita dan anak-anak kecil. Di sini, legalisasi itu harga mati. Semua yang legal berarti baik. Seakan-akan untuk mencapai Terminal Arjosari lewat KarangPloso itu melanggar hukum. Sedangkan kita semua tahu, Tuhan menciptakan agama yang berbeda-beda. Agama yang berbeda-beda hanya alat untuk menemukan Tuhan. Sedangkan, Tuhan hanya satu. Dan, mereka berteriak-teriak hukum pancung, luluh lantakkan Indonesia. Lagi-lagi tembok sengaja diciptakan, sedangkan mereka berteriak-teriak naikkan gaji pensiunan.
Tapi mimpi hanya mimpi, realitas tetap berjalan di tempatnya.
Bagaimana saya tidak trenyuh, ketika melihat bapak-bapak dengan seraut wajah kuyu memanggul kayu bakar berjalan kaki. Bagaimana gelak tawa anak-anak kecil di jalanan itu serasa dipaksakan, itu bukan tawa riang, itu tawa yang kering. Atau, bapak dengan tanpa tangan dan kaki mencoba mencari belas kasih di pasar-pasar, merangkak, menyayat.
Bagaimana geramnya nasib buruh di luar negeri, sedang untuk membalas, membela diri pun salah. Bagaimana nikmat seorang duta besar hanya mengecam, lalu direkam pada setiap kejadian dan yang terucap hanya mengecam.
Kemudian saya ingat ayah dan ibu di rumah. Rindu. Saya ingin pulang!!
Sepertinya, realita akan terus berjalan di tempat, sendiri. Kami sibuk mencari mimpi, sibuk mendewasakan diri, sibuk menebalkan imaji.
Di Berlin, tembok dibangun karena banyak pemuda melarikan diri ke Jerman Barat karena Jerman Timur tidak mampu menghidupi mereka dengan layak.
Di sini, kemiskinan tak menyediakan banyak pilihan. Mungkin, harus ada lagi permberontakan, harus ada lagi anjing-anjing herder yang mati. Atau, dijadikan monumen?, seperti tembok besar China, ataupun Berlin.

Sebenarnya antara individu dan masyarakat tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena adanya sifat saling membutuhkan untuk mmpertahankan eksistensinya. Namun dalam masyarakat sering terjadi perbedaan, karena memang masyarakat terdiri dari individu-individu yang saling berlainan. Dengan adanya perbedaan ini individu-individu yang merasa memilki kesamaan cenderung untuk berkumpul membentuk kelompok sendiri yang lama-kelamaan akan terbentuk suatu tingkatan masyarakat yang disebut pelapisan sosial, dan seiring dengan terbentuknya pelapisan sosial tersebut peran dan status masing masing lapisan juga akan terbentuk.

Pelapisan sosial sendiri berbeda-beda di setiap suku dan daerah di Indonesia, misalnya tentang kedudukan  masing-masing gender di masyarakat. Dalam suku Jawa kedudukan pria lebih tinggi daripada kedudukan wanita Jawa, karena mayoritas suku Jawa beragama Islam sehingga kedudukan  masing-masing gender dalam masyarakat juga mengikuti aturan islam meninggikan derajat pria karena lebih cocok sebagai pemimpin daripada wanita. Dan sebaliknya keadaan di suku Minangkabau, peranan wanita lebih tinggi daripada pria, sehingga wanitalah yang menjadi kepala keluarga, bukannya pria. Di beberapa daerah Indonesia juga terjadi perbedaan peran pria dan wanita dalam mencari nafkah, walaupun mayoritas daerah di Indonesia menjadikan peran pria dalam mencari nafkah untuk keluarga lebih besar daripada wanita, di daerah Bali dan Irian mengharuskan wanita untuk bekerja lebih banyak daripada pria untuk menghidupi keluarganya. Kita tidak bisa menyalahkan pelapisan sosial ini kerena ini terjadi secara sendirinya dalam masyarakat itu sendiri, dan telah diakui dan dijalankan turun temurun.

Pelapisan sosial dapat dibedakan menjadi dua, pelapisan terbuka dan pelapisan tertutup. Dalam pelaisan masyarakat terbuka, masyarakat telah ditetapkan dalam tingkatan tertentu dalam lapisan masyarakat sejak mereka lahir dan hanya dapat diubah dengan perkawinan. Dalam pelapisan ini, masyarakat dipaksa untuk mengikuti aturan yang telah dijalankan turun-temurun, dan jika tidak mengikutinya orang tersebut akan menerima sanksi sosial dari masyarakat itu sendiri. Yang kedua adalah palapisan masyarakat terbuka, dalam pelapisan ini masyarakat dibebaskan untuk memilih lapisan masyarakat mereka sendiri, dan pelapisan ini berdasarkan dengan hasil yang diperoleh setelah usaha perubahan pelapisan sosial yang dilakukannya. Hasil tersebut bisa berupa kekayaan, kekuasaan, kehormatan dan pengetahuan yang akan meningkatkan atau bahkan menurunkan tingkat pelapisan masyarakat seseorang.

Dalam masyarakat moderen pelapisan sosial tidak dapat dipisahkan dari kesamaan derajat. Kesamaan derajat ini tidak memandang individu, strata, tahta, harta, ataupun gender. Karena dalam masyarakan moderen kedudukan semua manusia adalah sama tanpa adanya batasan apapun. Kesamaan derajat ini juga telah diatur oleh hukum di Indonesia yang bertujuan untuk melindungi hak-hak masing-masing warga negara indonesia baik yang tingggal di Indonesia maupun di luar negeri. 

Kesamaan derajat ini dibedakan menjadi kesamaan hak dan kesamaan derajat. Kesamaan hak maksudnya adalah setiap warga negara Indonesia berhak untuk mendapatkan penghidupan yang layak. Sedangkan kesamaan derajat maksudnya adalah, derajat setiap individu di mata hukum di dindonesia adalah sama tak ada satupun individu yang kebal hukum selama masih menginjakkan kakinya di indonesia. Kesamaan derajat ini memang harus diperjuangkan, meskipun telah diatur oleh hukum, kelangsungan kesamaan derajat ini masih rentan untuk disalahgunakan oleh oknum untuk kepentingan diri dan kelompoknya. Karena itu budaya masyarakat yang sadar hukum harus dikembangkan dan ditularkan, untuk melindungi hak-hak mereka sendiri sehingga tebentuklah masyarakat yang adil dan sejahtera. 


Sumber:
http://nurmaheryani.blogspot.com/2011/12/kesamaan-derajat.html
http://anugerahpekerti19.blogspot.com/2011/11/pelapisan-sosial-dan-kesamaan-derajat.html

Jumat, 06 Januari 2012

Kehidupan Masyarakat Pedesaan di Indonesia


            Desa adalah suatu kesatuan hukum di mana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan sendiri. Di Indonesia kehidupan masyarakat pedesaan memiliki suatu hubungan yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya di luar batas-batas wilayahnya. Di dalam kehidupan masyarakat pedesaan Indonesia memiliki sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan. Sebagian besar warga masyarakat pedesaan memiliki mata pencaharian sebagai petani. Pekerjaan-pekerjaan yang di luar pertanian merupakan pekerjaan sambilan yang biasa mengisi waktu luang. Masyarakat pedesaan di Indonesia bersifat homogen, seperti dalam hal mata pencaharian, agama, adat istiadat, dan sebagainya. Selain itu, kehidupan masyarakat pedesaan di Indonesia identik dengan dengan istilah gotong-royong yang merupakan kerja sama untuk mencapai kepentingan-kepentingan mereka. Kerja bakti itu ada dua macam, yaitu kerja sama untuk pekerjaan-pekerjaan yang timbul dari inisiatif warga masyarakat itu sendiri, dan kerja sama untuk pekerjaan-pekerjaan yang timbulnya tidak dari inisiatif warga itu sendiri. Kemudian di dalam kehidupan masyarakat pedesaan di Indonesia juga terdapat beberapa gejala-gejala sosial yang sering di istilahkan dengan konflik (pertengkaran), kontraversi (pertentangan), kompetisi (persiapan), kegiatan pada masyarakat pedesaan, dan sistem nilai budaya petani di Indonesia. Sistem nilai budaya petani Indonesia antara lain para petani di Indonesia terutama di pulau jawa pada dasarnya menganggap bahwa hidupnya itu sebagai sesuatu hal yang buruk, penuh dosa, dan kesesengsaraan. Tetapi itu semua tidak berarti bahwa mereka harus menghindari hidup yang nyata dan menghindarkan diri dengan bersembunyi di dalam kebatinan atau dengan bertapa, bahkan sebaliknya wajib menyadari keburukan hidup itu dengan jelas berlaku prihatin dan kemudian sebaik-baiknya dengan penuh usaha dan ikhtiar. Lalu, mereka juga beranggapan bahwa orang bekerja itu untuk hidup, dan kadang-kadang untuk mencapai kedudukannya.
Setiap melaksanakan kegiatan lapangan di sengaja atau tidak kita selalu berhubungan dengan masyarakat baik daerah itu pedesaan atau perkotaan secara langsung dan tak langsung mau tak mau kita mesti harus berhubungan dengan masyarakat desa/kota.untuk itu kita harus membenahi diri dengan pengetahuan tentang desa dan masyarakat secara praktis. jika telah mempelajarinya tentang desa dan masyarakat nya tentu kita akan mudah untuyk beradaptasi melaksanakan penyesuaian dalam kehidupan sosial mereka . masyarakat desa atau unsur penyesuain terdiri dari unsur unsur yang berbeda sehinga perlu di pelajari untuk mencapai suatu pola kehidupan yang serasi yang menjadikan kita dapat di terima di masyarakat , tetapi semuanya tidak lepas dari kepandaian atau kecerdasaan kemampuan sikap kejujuran kita sendiri sehingga tujuan kita dapat tercapai dan tidak mendapatkan suatu hal yang merugikan (membahayakan diri).
pengertian sosiologi pedesaan adalah suatu ilmu poengetahuan yang mempelajari masyarakat sebagai keseluruhan yakni hubungan antara manusia dengan manusia ,manusia dengan kelompok  dan kelompok dengan masyarakat ,baik formal maupun  material , baik statis maupun dinamis. pedesaan berasal dari suku kata desa yang berasal dari bahasa sansekerta yaitu desi yang berarti tempat tinggal pengertian desa disini adalah suatu kesatuan masyarakat dalam wilayah jelas baik menurut suasana yang formal maupun informal. dimana satuan terkecilnya terdiri dari keluarga yang mempunyai wilayah dan otonomi sendiri dalam penyelengaraan kehidupan dan keterikatan antara keluarga keluarga dalam kelompok masyarakat terjadi sebagai akibat adanya unsurpenguat yang bersifat religius, tradisi dan adat istiadat.
kesimpulannya bahwa definisi sosiologi pedesaan adalah suatu ilmu yang mempelajari masalah sosial baik pendidikan, kebudayaan dan kehidupan masyarakat yang terjadi karena hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan kelompoknya , kelompok dengan kelompok lainnya dan seterusnya.
masyarakat desa adalah suatu kesatuan manusia yang bertempat tinggal di desa dan berinteraksi menurut kepastian ada istiadat tertentuyang bersifat continue .
4 ciri masyarakat desa :
o    interaksi antar masyarakat
o    adat istiadat norma hukum dan aturan khas yang mengatur tingkah laku warga
o    suatu kontinyuitas dalam waktu tertentu
o    suatu identitas yang kuat mengikat semua warga
ciri ciri fisik desa
o    jumlah penduduk tidak lebih dari 1000 orang
o    sebagian besar tanahnya tanah pertanian,kecuali desa nelayan
o    tidak terlalu di sibukan dengan kendaraan roda empat di desa relative dari jalan batu dan tanah
ciri ciri masyarakat desa
o    hubungan warganya sangat erat
o    system kehidupan kelompok berdasarkan system kekeluargaan
o    pada umumnya hidup dari hasil pertanian
o    cara bertani belum mengenal mekanisme pertanian
o    golongan orang tua memegang peranan penting karena itu sukar mengadakan perubahan perubahan yang nyata pada umumnya golongan tua di golongkan pada tradisi yang kuat mereka ini di sebut pimpinan formal
o    system pengendali sosial sangat kuat sehingga perkembangan jiwa individu sangat sukar di kembangkan
o    rasa persaudaraan yang sangat kuat sekali anatara warganya saling mengenal dan saling menolong

Tapi di era globalisasi sekarang ini ciri ciri tersebut sudah banyak yang mengalami perubahan dan dalam sosiologi tidak pernah mengenal kata mutlak. dalam pelaksanaannya kita harus memperhatikan  peraturan di desa tersebut lakukan semata mata  menghormati adat istiadat yang telah ada dan kita dapat di terima sebagai warganya. sosiologi akan terasa apabila kita sudah terjun langsung kedesa dan berada di lingkungan pedesaan. bagaimana sebenernya menjadi orang desa akan kita rasakan dan bias kita resapi denganbaik jika kita telah mengalami sendiri kesederhanaan yang mereka memiliki patut menjadi teladan bagi kita.
Sumber: