Senin, 10 Maret 2014

Penalaran

1. Penalaran.
  • Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.

          Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan               hasil kesimpulannya disebut dengankonklusi (consequence)
2. Proposisi.
  • Proposisi adalah suatu pernyataan yang menjelaskan kebenaran atau menyatakan perbedaan atau hubungan antara beberapa konsep. Gampangnya adalah hubungan yang logis antara dua variabel (konsep yang telah mempunyai variasi nilai atau sifat atau atribut).

  • ciri ciri proposisi
    • Suatu statemen mengenai ihwal suatu realitas dan tidak mengenai nilai atau pendapat ideal, maka dapat dikaji dan diuji betul atau salahnya
    • Syarat proposisi adalah menunjuk atau bersangkut paut dengan gejala yang dapat diamati atau diindera
    Ada dua macam proposisi
    • Hipotesis  : proposisi yang dirumuskan untuk diuji kebenarannya secara empirik
    • Tesis      : proposisi yang memiliki ruang lingkup yang cukup luas dan yang telah dibenarkan oleh suatu pengujian secara empirik dan
      cermat
    pembedaan proposisi (atas dasar jumlah konsep atau variabel yang digunakan) :
    • Proposisi deskriptif merupakan proposisi yang berisikan satu konsep/variabel
    • Proposisi relasional (ekspalanatif) merupakan proposisi yang berisikan dua atau lebih konsep/variabel.
    Jenis Proposisi:
    a. Aksioma atau Postulat: kebenarannya sudah tidak dipertanyakan lagi,karena sudah (dapat) dibuktikan kebenarannya
    b. Teorema: Dideduksi (disimpulkan) dari (beberapa) aksioma. Teorema dapat saja dibangun dari aksioma-aksioma yang berbeda
    contoh
    Konsep      : pendidikan
    Variabel     : tingkat pendidikan (pendidikan rendah, menengah, tinggi)
    Proposisi   : tingkat pendidikan yang dimiliki oleh seseorang mempunyai kaitan yang erat dengan sikap seseorang terhadap demokrasi.
3. Interasi, dan implikasi.
  • Interasi sosial adalah adanya kerja sama dari seluruh anggota masyarakat secara keseluruhan. Integrasi masyarakat akan terwujud apabila mampu mengendalikan prasangka di masyarakat sehingga tidak terjadi konflik, tidak banyak system yang saling melengkapi dan tumbuh integrasi tanpa paksaan.
    Lalu apakah buruknya interasi social salah satu penyebabnya adalah rusaknya prilaku pemerintah. Saya yakin kita semua sependapat bahwa jawabannya “Ya”. Kita lihat saja apa saja kerusakan yang terjadi pada system pemerintahan kita saat ini:
    1.       Rusaknya para birokrat kehutanan.
    2.       Pelayanan pemda yang buruk.
    3.       Kerusakan birokrasi hokum.
    4.       Utang yang menumpuk.
    5.       Kegagalan diplomasi ekonomi.
    Permasalahan ini tentu saja akan menyebabkan masalah baru, yaitu masalah integrasi social.  Menghadapi masalah integrasi sebenarnya tidak memiliki kunci yang pasti karena masalahnya berbeda.
    1. Beberapa permasalahan integrasi social
      1. Perbedaan ideology, disebabkan perbedaan falsafah hidupnya yang berpengaruh dalam proses sosialisasinya
      2. Kondisi masyarakat yang majemuk, terdiri dari pribumi dan keturunan asing
      3. Masalah territorial daerah yang cukup jauh, akan mempererat kelompok etnis tertentu.
      4. Pertumbuhan partai politik,memunculkan kesenjangan pertentangan politik.
    2,  Upaya pendekatan
    1. Mempertebal keyakinan seluruh warga Negara Indonesia terhadap Ideologi Nasional
    2. Membuka isolasi antar etnis dan antar pulau.
    3. Menggali kebudayaan daerah menjadi kebudayaan nasional
    4. Membentuk asimilasi bagi berbagai etnis baik pribumi ataupun keturunan asing.
  • Implikasi dapat merujuk kepada:
    Dalam manajemen:
    • Implikasi prosedural meliputi tata cara analisis, pilihan representasi, perencanaan kerja dan formulasi kebijakan
    • implikasi kebijakan meliputi sifat substantif, perkiraan ke depan dan perumusan tindakan
    Dalam logika:
    Dalam linguistik:
    Kegunaan lain:
    • Dalam matematika, fungsi dapat merupakan implisit.
    • Diagnosa medis (penyelidikan ilmiah), dalam ilmu kedokteran forensik, hipotesis penyebab adalah implikasi atau indikasi alasan pada kondisi yang dapat ditemukan yang dapat memberikan penyebab.


4. Wujud Evidensi.
  • Evidensi merupakan semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas yang dihubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh digabung dengan apa yang dikenal sebagai pernyataan atau penegasan. Dalam wujud yang paling rendah evidensi itu berbentuk data atau informasi. Yang dimaksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu.
5. Cara menguji data.
    Data dan informasi yang digunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap digunakan sebagai evidensi. Dibawah ini beberapa cara yang dapat digunakan untuk pengujian tersebut.
1. Observasi
2. Kesaksian
3. Autoritas


6. Cara menguji fakta.
    Untuk menguji apakah data informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta atau bukan, maka harus diadakan penilaian. Penilaian tersebut merupakan penilaian tingkat pertama untuk mendapatkan keyakitan bahwa semua bahan itu adalah fakta, sesudah itu harus mengadakan penilaian tingkat kedua yaitu dari semua fakta tersebut dapat digunakan, sehingga benar-benar meyakinkan kesimpulan yang akan diambil.   
      
      1. Konsistensi
adalah melakukan suatu kegiatan secara terus menerus dengan tekun dan benar tanpa keluar dari jalur atau batasan batasan yang telah di tentukan maupun sesuai dengan ucapan yang telah dilontarkan. konsisten salah satu sikap dari manusia yang sifatnya adalah untuk memegang teguh suatu prinsip atau pendirian dari segala hal yang telah di tentukan.
  
      2. Koherensi
adalah bagaimana membuat peralihan-peralihan yang jelas antar ide-ide, membuat  hubungan yang jelas antar kalimat dari sebuah paragraph dan membuat hubungan antar paragraph jelas dan mempermudah para pembaca untuk mengerti. Koherensi haruslah jelas, lengkap, susunan serta pengembangan materinya harus logis.

7. Cara menilai Autoritas.
    Apa yang harus dilakukan bila seseorang sedang menghadapi kenyataan bahwa pendapat berbagai autoritas itu berbeda? Yang dapat dilakukan adalah membandingkan autoritas itu, mengadakan evaluasi atas pendapat tersebut untuk menemukan suatu pendapat yang dapat dipertanggungjawabkan. Untuk menilai suatu autoritas, penulis dapat memilih beberapa cara pokok sebagai berikut.

a.    Tidak Mengandung Prasangka
Tidak mengandung prasangka artinya pendapat disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli atau didasarkan pada hasil eksperimen yang dilakukannya. Pengertian tidak mengandung prasangka yaitu autoritas tidak boleh memperoleh keuntungan pribadi dari data eksperimennya.
Untuk mengetahui apakah autoritas tidak memperoleh keuntungan pribadi dari pendapat atau kesimpulannya, penulis harus memperhatikan apakah autoritas mempunyai interes yang khusus; apakah dia berafiliasi dengan sebuah ideologi yang menyebabkan selalu condong kepada ideologi. Bila faktor itu mempengaruhi autoritas maka pendapatnya dianggap suatu pendapat yang objektif.
b.   Pengalaman dan Pendidikan Autoritas
Dasar kedua menyangkut pengalaman dan pendidikan autoritas. Pendidikan yang diperoleh menjadi jaminan awal. Pendidikan yang diperoleh harus dikembangkan lebih lanjut dalam kegiatan sebagai seorang ahli. Pengalaman yang diperoleh autoritas, penelitian yang dilakukan, presentasi hasil penelitian dan pendapatnya akan memperkuat kedudukannya.
c.    Kemashuran dan Prestise
Faktor ketiga yang harus diperhatikan adalah meneliti apakah pernyataan atau pendapat yang akan dikutip sebagai autoritas hanya sekedar bersembunyi dibalik kemashuran dan prestise pribadi di bidang lain. Apakah ahli menyertakan pendapatnya dengan fakta yang menyakinkan.
d.   Koherensi dengan Kemajuan
Hal keempat adalah apakah pendapat yang diberikan autoritas sejalan dengan perkembangan dan kemajuan zaman atau koheren dengan pendapat sikap terakhir dalam bidang itu. Untuk memperlihatkkan bahwa penulis benar-benar siap dengan persoalan yang tengah diargumentasikan, jangan berdasarkan pada satu autoritas saja, maka hal itu memperlihatkan bahwa penulis kurang menyiapkan diri.


Sumber :  



Tidak ada komentar:

Posting Komentar